PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG MASALAH
Ibnu Khuldun dalam kitabnya Muqoddimah Ibnu Khuldun mengatakan
bahwa ; “Ilmu sejarah merupakan bagian dari bagaian dari cabang ilmu yang dipelajari oleh bangsa-bangsa
dan generasi-generasi umat manusia. Sejarah membuat kita memahami bagaimana
bagaimana kondisi-kondisi manusia mengalami perubahan, kerajaan-kerajaan
mengalami perluasan Kawasan, bagaimana manusia-manusia memakmurkan dunia.
Secara hakikat sejarah mengandung pemikiran, penelitian, dan alasan-alasan
detail tentang perwujudan masyarakat dan dasar-dasarnya, sekaligus ilmu yang
mendalam tentang karakter berbagai peristiwa.”
Indonesia adalah negara dengan mayoritas penduduknya beragama
islma, hal ini tentu tidak secara tiba-tiba melainkan melewati proses yang
Panjang dengan rentetan sejarah yang ting tidak singkat pula. Banyak buku-buku
sejarah yang menyebutkan bahwa islam masuk ke Indonesia setelahlahirnya
kerajaan-kerajaan yang kemudian membuat makar dan merentuhkan kerajaan-kerajaan
tersebut dan membangun kerajaan islam, padahal islam telah masuk ke Indonesia
dari sejak abad ke-7 M.
Pada abad ke 7 Masehi, agama Islam telah ada di Barus, kota tua
yang terletak di pesisir Kabupaten Tapanuli Tengah, Sumatera Utara. Barus
menjadi pintu masuknya Islam di Indonesia, jauh lebih tua dari sejarah Wali
Songo, penyebar agama Islam di tanah Jawa pada abad ke 14.
Literatur sejarah banyak menyebutkan bahwa agama Islam di Indonesia
pertama kali hadir di Barus. Hal ini dibuktikan dengan keberadaan makam tua di
kompleks pemakaman Mahligai, Barus, pada abad ke-7. Di batu nisannya tertulis
Syekh Rukunuddin wafat tahun 672 Masehi atau 48 Hijriyah, menguatkan adanya
komunitas Muslim pada masa itu lalu berkembang hingga dan mendirikan kerajaan
atau yang di kenal dengan kesultanan Samudra pada abad ke-13 M. pada abad ke-11
telah lahir kesultanan Leran di gresik jawa timur.
Umat islam memiliki peran yang sangat besar terhadapap berkembangan
peradaban Indonesia, maka dari itu kalua kita berbicara tentang Indonesia pasti
kita akan berbicara tentang islam dan kalua kita berbicara tentang islam maka
kita pun akan berbicara tentang kitab suci Al-Qur’an dan tidak ada yang mampu
mengusai isi dan makna kitab suci ini kecuali dengan kitab tafsir. Dan pada
tulisan kali ini kita akan membahas tentang sejarah perkembangan tafsir di
indinesia pada generasi awal yang di tandai dengan lahirnya kitab tafsir
bertulisan arab melayu yaitu Turjumanul Mustafid karya Abdur Ra’uf Bin
Ali Al-Fanshuri Al-jawi As-Singkili.
Terdapat banyak versi yang menjelaskan tentang tafsir yang
legendaris ini ada yang berpendapat bahwa tafsir tersebut adalah tafsir
tersebut adalah terjemahan dari kitab tafsir karya Al-Baidhowi dan ada yang
mengatakan bahwa tafsir tersebut adalah terjemahan dari Tafsir Jalalain namun
telah mengalami penambahan dan pengurangan. Maka pada tulisan ini pun akan di
bahas apa itu Tafsir Turjumanul Mustafid bagaimana corak penafsiran
serta menelusuri siapa Abdur Rauf As-Singkili.
B.
IDENTIFIKASI MASALAH
Dari latar belakang masalah yang telah di
tulis di atas, penulis dapat mengidentifikasikan masalah dalam tulisan ini
sebagai berikut :
1.
Banyak orang yang beranggapan bahwa islam masuk ke Indonesia
melalui saudagar-saudagar india.
2.
Sedikitnya pengetahuan tentang tokoh-tokoh islam yang berpengaruh
di Indonesia
3.
Adanya anggapan bahwa semua kitab kuning itu adalah bahasa arab
4.
Indonesia tidak memiliki ulama yang di akui dunia islam
5.
Tafsir Turjumanul Mustafid adalah terjemahan Tafsir
Jalalain
C. RUMUSAN MASALAH
1.
Bagaiman tapak tilas penulis kitab Turjumanul Mustafid ?
2.
Bagaimana corak dan metode penafsiran kitab Turjumanul Mustafid ?
BAB II
PEMBAHASAN
A.
BIOGRAFI SYEKH ABDUR RA’UF AS-SINGKILI
Syekh Abdurrauf Singkil (Singkil,
Aceh 1024 H/1615 M - Kuala Aceh di Aceh 1105 H/1693 M) adalah seorang ulama
besar Aceh yang terkenal. Ia memiliki pengaruh yang besar dalam penyebaran
agama Islam di Sumatera, Nusantara dan Asia Tenggara pada umumnya. Sebutan
gelarnya yang juga terkenal ialah Teungku Syiah Kuala (bahasa Aceh, artinya
Syekh Ulama di Kuala). Nama lengkapnya ialah Aminuddin Abdul Rauf bin Ali
Al-Jawi Tsumal Fansuri As-Singkili. Menurut riwayat masyarakat, keluarganya
berasal dari Persia atau Arabia, yang datang dan menetap di Singkil, Aceh, pada
akhir abad ke-13. Pada masa mudanya, ia mula-mula belajar pada ayahnya sendiri.
Ia kemudian juga belajar pada ulama-ulama di Fansur dan Banda Aceh.
Selanjutnya, ia pergi menunaikan ibadah haji, dan dalam proses pelawatannya ia
belajar pada berbagai ulama di Timur Tengah untuk mendalami agama Islam.
Prof. Dr. Azyumardi Azra menyebutnya
sebagai salah satu orang yang bertanggung jawab dalam membuka jaringan ulama
Nusantara di dunia internasional. Berkat jasanya orang-orang Indonesia kemudian
masuk dalam jajaran jaringan ulama dunia. Tidak salah kalau kemudian muncul
nama-nama ulama besar seperti Syeikh Nawawi al Bantani, Syeikh Mahfudz At
Tirimisi, dan lain-lain yang mempunyai reputasinya mendunia. Ayahnya menjadi
guru pertama dalam pengetahuan agama di Dayah (Madrasah) Simpang Kanan, di
kawasan pedalaman Singkel. Selepas itu melanjutkan pendidikan ke sekolah tinggi
di Barus (Dayan Tengku Chik) yang dipimpin oleh Hamzah Fansuri. Di sekolah ini
beliau belajar ilmu agama, sejarah, mantik, falsafah, sastra Arab/Melayu dan
juga bahasa Parsi.
Setelah tamat kemudian meneruskan
pengajian ke sekolah Samudra Pasai yang dipimpin oleh Syeikh Syamsuddin As
Samathrani. Sewaktu Syamsuddin diangkat menjadi Qadli Malikul Adil (Kadi Besar)
pada zaman Sultan Iskandar Muda Darma Wangsa Perkasa Alam Syah, Abdurrauf
bertolak ke Mekah dan merantau ke beberapa buah negara Asia Barat lain untuk
mendalami ilmu di sana.
Tercatat Syeikh Abdurauf pernah
menjadi mufti Kerajaan Aceh ketika zaman Sultanah Safiatuddin Tajul Alam
(1641-1643). Atas dukungan Ratu Safiatuddin, Abdurauf memulai perjalanan
intelektualnya menuju tanah suci. Banyak pusat-pusat keilmuawan yang
dikunjunginya sepanjang jalur perjalanan haji. Disamping itu, Syeikh Abdurauf tidak
belajar secara formal dengan beberapa ulama. Perkenalannya dengan banyak tokoh
ulama seperti Muhammad Al Babili dari Mesir dan Muhammad Al Barzanji dari
Anatolia menjadi ladang pencarian ilmu secara informal. Syeikh Muhammad Al
Babili merupakan salah satu ulama Muhadis terkemuka kala itu di Haramain.
Adapaun Syeikh Muhammad al Barzanji dikenal sebagai sufi tersohor. Syeikh
Abdurrauf tinggal selama 19 tahun di Mekah.
Syeikh Abdurauf bercerita bahwa
dirinya banyak mendapatkan ilmu “lahir’ dari Syeikh Ibrahim bin Abdullah Jam’an
di Bait al faqih dan Mauza’. Lewat gurunya ini, ia berkenalan dengan tokoh
tarekat seperti Syeikh Ahmad Qusyaysi dan Syeikh Ibrahim al Kurani. Lewat
keduanya Syeikh Abdurauf mendapatkan ijazah tarekat Syatariyah. Tentang gurunya
ini syikh Abdurrauf menyebutnya sebagai pembimbing spiritual di jalan Allah.
Sekitar tahun 1622 M Abdurrauf pulang kampung. Ia kemudian mengajarkan tarikat
Syathariyah di daerahnya. Banyak santri yang berdatangan untuk berguru.
Muridnya pun berasal dari berbagai daerah di wilayah Nusantara. Diantara
muridnya yang paling terkenal adalah Syikh Burhanuddin Ulakan Sumatera Barat
dan Syeikh Abdullah Muhyi, Pamijahan, Jawa Barat.
Pengaruhnya sangat penting di
kerajaan Aceh. Hingga di Aceh ada semacam kata-kata yang berbunyi “Adat bak
Poteu Mereuhom, Hukom bak Syiah Kuala” maksudnya, “Adat di bawah kekuasaan
almarhum (raja), sementara syariat (Islam) di bawah Syeikh Kuala. Ayat ini
mejelaskan betapa besarnya kuasa, peranan dan pengaruh Abdurrauf dalam
pemerintahan ketika itu yang hampir sama besar dengan kuasa sultan. Ketika
gabungan antara umara dan ulama inilah juga Aceh mencapai kegemilangan.
Syaikh untuk Tarekat Syattariyah
Ahmad al-Qusyasyi adalah salah satu gurunya. Nama Abdurrauf muncul dalam
silsilah tarekat dan ia menjadi orang pertama yang memperkenalkan Syattariyah
di Indonesia. Namanya juga dihubungkan dengan terjemahan dan tafsir Al-Qur’an
bahasa Melayu atas karya Al-Baidhawi berjudul Anwar at-Tanzil Wa Asrar
at-Ta'wil, yang pertama kali diterbitkan di Istanbul tahun 1884. Sebagai ulama
tasawuf, Syeikh Abdurauf tidak dapat dipisahkan dari perkembangan tarekat
Syatariyah. Hampir semua ordo tarekat Syatariyah di Nusantara silsilahnya
berujung padanya. Tarekat ini tersebar mulai dari Aceh hinga ke Sumatera Barat.
Kemudian berkembang menyusur ke Sumatera Selatan hingga Cirebon.
Dalam bertasawuf Abdurauf menganut
paham bahwa satu-satunya wujud hakiki adalah Allah SWT. Alam ciptaan-Nya adalah
bayangan , yakni bayangan dari wujud hakiki. Walaupun wujud hakiki (Tuhan)
berbeda dengan wu jud bayangan (alam), terdapat keserupaan antara wujud ini.
Tuhan melakukan tajali (penampakan diri dalam bentuk alam). Sifat-sifat Tuhan
secara tidak langsung tampak pada manusia, dan secara relatif tampak sempurna
pada Insan Kamil.
Syeikh Abdurauf juga sangat tidak
sepakat dengan paham wahdatul wujud. Dalam bukunya yang berjudul Bayan Tajalli,
Abdurrauf menyatakan bahwa betapapun asyiknya seorang hamba dengan Tuhan,
Khalik dan makhluk tetap mempunyai arti sendiri. Banyak karya yang dihasilkan
olehnya. Ada 21 kitab yang karya tulis telah dihasilkan yang terdiri dari 1
kitab tafsir, 2 kitab hadis, 3 kitab fiqih dan sisanya kitab tasawuf. Syeikh
Abdurauf menulis dalam bahasa Arab dan Melayu. Kitab tafsirnya yang berjudul
Turjuman Al Mustafid diakui sebagai kitab tafsir pertama yang dihasilkan di
Indonesia dengan bahasa Melayu. Mir’at at Tulab fi Tahsil Ma’rifat Ahkam asy
Syar’iyyah lil Malik al Wahhab merupakan salah satu kitabnya di bidang ilmu
fiqih. Di dalamnya memuat berbagai persoalan fikih Madzhab Syafiie. Kitab ini
juga menjadi panduan para kadi di kerajaan Aceh.
Abdurrauf Singkil meninggal dunia
pada tahun 1693, dengan berusia 73 tahun. Ia dimakamkan di samping masjid yang
dibangunnya di Kuala Aceh, desa Deyah Raya Kecamatan Kuala, sekitar 5 Km dari
Banda Aceh.
B.
BEDAH TAFSIR (METODE DAN CORAK)
1.
Rujukan Kitab Turjumanul Mustafid
Sebelum kita membahas tentang corak
dan metode dari tafsir Turjumanul Mustafid alangkah baiknya kita tahu
terlebih dahulu rujukan dari kitab ini. Ada dua pendapat yang menjelaskan
tentang sumber rujukan penulisanTarjumân al-Mustafîd ini. Pertama, pendapat
Snouck Hurgronje yang diamini oleh Rinkes dan Voorhoeve, menyebutkan
bahwaTarjumân al-Mustafîd merupakan terjemahan dari tafsiral-Baidhâwî. Kemungkinan
besar pendapat ini terpengaruh oleh judul yang tertera pada cover kitab,
yakni‘Tarjumân al-Mustafîd wa huwa al-Tarjamat al-Jawiyah li al-Tafsîr
al-Yusamma Anwâr al-Tanzîl wa Asrâr al-Ta’wîl li al-Imâm al-Qâdhi Nashr al-Dîn
Abi Sa‘id ‘Abdullâh ibn ‘Umar ibn Muhammad al-Syairâzî
al-Baidhawi’(tafsirTarjumân al-Mustafîd adalah terjemahan berbahasa Jawi dari
tafsir yang dinamakanAnwâr al-Tanzîl wa Asrâr al-Ta’wîl karangan al-Baidhâwî).
Kedua, pendapat Peter Riddell dan Salman Harun, mereka menyatakan bahwa
tafsirTarjumân al-Mustafîd merupakan terjemahan dari tafsiral-Jalâlain. Alasan
ini berdasarkan penelitian terhadap metode dan gaya penafsiran yang sama persis
dengan tafsir al-Jalâlain. Namun, ‘Abd al-Rauf memperlihatkan kreativitasnya
dengan menambahkan dan mengurangi bagian-bagian tertentu dari tafsir
al-Jalâlain. Hanya bagian tertentu saja ‘Abd al-Rauf memanfaatkan
tafsiral-Baidhâwî danal-Khâzin. Misalnya menambah penjelasan tentang perbedaan
qiraah dan pembahasan kisah-kisah dan sebab turunnya ayat. Sedangkan yang
dikurangi adalah tidak memasukkan penjelasan tentangi‘rab dan analisis
semantik. Azyumardi Azra, memilih pendapat yang kedua ini dengan alasan bahwa
silsilah intlektual ‘Abd al-Rauf memiliki keterhubungan dengan Jalâl al-Dîn
alSuyuthî pengarang tafsirJalâlain, baik melalui al-Qusyasyi maupun al-Kurani,
sehingga besar kemungkinan ‘Abd al-Rauf lebih merujuk kepada tafsir Jalâlain
ketimbang tafsir lainnya.
2.
Metode dan Corak Tafsir Turjumanul Mustafid
Jika diperhatikan, walaupun hanya
sepintas tafsirTarjumân al-Mustafîd terlihat lebih ringkas bahkan hanya dua
jilid saja, lebih padat dan tidak bertele-tele dengan menguraikan penafsiran
secara panjang lebar. Hal serupa juga telah dipraktikkan oleh al-Mahallî dan
al-Suyûthî dalam karyanya tafsiral-Jalâlain. Inilah yang disebut dengan tafsir
yang menggunakan metode ijmali, Al-Farmawi menjelaskan tafsir ijmali adalah
suatu metode penafsiran al-Qur’an yang menafsirkan ayat-ayat al-Qur’an dengan
cara mengemukakan makna global. Dalamkontekssistematika uraian, mufasir
membahas ayat demi ayat sesuai dengan susunannya yang ada dalam mushaf, lalu
mengemukakan makna global yang dimaksud dalam teks ayat. Meskipun Tarjumân
al-Mustafîd ditulis secara global, tetapi tafsirnya ini sangat kaya dengan
berbagai pelengkap penafsiran seperti aspek qiraah terutama mengutip pendapat
tiga imam qiraah: qiraah Abu ‘Amr riwayat Duri, qiraah Nafi‘ riwayat Qalun, dan
qiraah imam Hafsh. Dilengkapi pula dengan berbagai penafsiran para ulama dari
berbagai kitab tafsir seperti tafsiral-Baidhâwî, tafsiral-Khâzin,
tafsirJalâlain, dan tafsir Tsa‘labi.
Arivaie Rahman dalam sebuah tulisan yang berisi penelitian tentang
tafsir dengan judul ‘Tafsir Turjuman Al-Mustafid karya Abd Al-Rauf Al-Fanshuri
Diskursus Biografi, Kontestasi Politis-Teologi dan Metodologi Tafsir’ menyebutkan
bahwa; walaupun ‘Abd al-Rauf juga
terkenal sebagai penyebar dan mursyid tarekat Syattariyah, namun nuansa
penafsiran yang diberikan tidak terpengaruh pada satu bidang tertentu. Dengan
membaca tafsir ini dengan berbagai sajian pendekatan mengisyaratkan bahwa ‘Abd
al-Rauf merupakan seorang pakar dalam berbagai studi keislaman. Tetapi ada yang
mengherankan, di balik kepakarannya di bidang tasawuf bahkan sebagai mursyid
tarekat, sependek penelusuran penulis, beliau tidak ada menyinggung tentang
persoalan tasawuf dan tarekat di dalam tafsirnya. Sebab itu, tidak tepat, jika
ada orang yang mengatakan bahwa tafsir ini merupakan tafsir sufi. Untuk
menjelaskan bagaimana cara kerja atau langkah-langkah penafsiran yang
disuguhkan oleh ‘Abd al-Rauf dalamTarjumân al-Mustafîd, setidaknya ada tiga
komponen besar yang layak untuk dibahas, sebagaimana yang akan dijelaskan
berikut ini.Pertama, menyebutkan jumlah ayat dan periode nuzûl-nya. Sebelum
menafsirkan ayat-ayat alQur’an, ‘Abd al-Rauf terlebih dahulu menyebutkan
tentang jumlah ayat dalam satu surah yang akan dibahas, begitu pula dengan
periode turunnya surah tersebut, apakah tergolong surah Makiyahataukah
tergolong surah Madaniyah. Penjelasan tentang ini terlebih dahulu diawali dalam
bahasa Arab baru kemudian diterjemahkan ke dalam bahasa Melayu dan diletakkan
pada paragraf yang sama dengan penjelasan tentang keutamaan surah. Berikut
merupakan contoh ketika ‘Abd al-Rauf menyebutkan jumlah ayat dan tempat
turunnya surah al-Fâtihah:“Surah Fâtihah al-kitâb makkiyah, wahiya sab‘u ayât,
ini surah al-Fâtihah yaitu tujuh ayat yang dibangsakan ia kepada Makkah yakni
yang turun di Makkah”. Kedua, penjelasan keutamaan surah. Pada paragraf yang
sama dengan penyebutan jumlah ayat dan periode turunnya, ‘Abd al-Rauf merasa
penting untuk menyebutkan keutamaan suatu surah yang akan ditafsirkan. Hal ini
bertujuan untuk menarik minat baca masyarakat, masyarakat akan lebih tertarik
untuk membaca dan/atau menuliskannya pada tempat tertentu untuk mendapatkan
khasiatnya, tampaknya hal ini tidak jauh-jauh dari praktik azimat atau
sebagainya. Untuk menjelaskan keutamaan surah ini, ‘Abd al-Rauf biasanya
menukil tafsiral-Baidhâwî dan kitabManâfi‘ al-Qur’ân, sebagaimana contoh
berikut, “‘maka tersebut di dalamBaidhâwî bahwa Fâtihah itu penawar bagi
tiap-tiap penyakit dan tersebut di dalam Manâfi‘ al-Qur’an barang siapa membaca
dia adalah baginya dari pada pahalanya yang tiada dapat menggandai dia kitab
dan memberi manfaat akan berbaik-baik orang dan perkasih, wallahu a’lam’.
Artinya siapapun yang membaca surat maka dia akan mendapatkan pahala yang
berlipat ganda akan memberikan kepada orang-orang yang baik dan pengasih atau
akan di sayang oleh orang.
C.
CONTOH TAFSIR
Seperti yang telah penulis jelaskan
sebelumnya bahwa pada penulisan tafsir Turjumanul Mustafid Syekh Singkil
selalu memulai dengan penganalan ayat, asbabun nuzul, dan keutamaan ayat hal
ini dapat di lihat dalam nash berikut :
بسم الله الرحمن الرحيم
. سرة فاتحة الكتاب مكية . وهى سبع ايات . اين سرة الفاتحةتجهايات يع دبثاكن اى
كفد مكه يعنى يع تورن دمكه مك ترسبت ددالم بيضاوى بهوا فاتحة ايت فناوربكى تيف-
تيف فياكيت دان ترسبت ددالم منافع القران برعسياف ممباجدى اداله بكيثدرفد فهلاثيع
تياد دافت مغكندائ دى كتاب دان ممبرى منفعة اكن بربايك- بك اورع دان فركاسيه ,
والله أعلم. بسم الله الرحمن الرحيم . دغن نام الله يع أمة موره ددالم دنيا اين
لاكى يع أمة مغسهانىهمباث يع مؤمن ددالم نكرى أخرة ايت جواكو مغمبل بركة فد ممباج
فاتحة اين (الحمد ربالعالمين(سكل فوج ثابت بكى الله توهن يع ممفيأى سكل محلق
(الرحمن الرحيم ) لاكى توهن يعأمة موره ددالمدنيا اينلاكى يع أمة مغسهانى همباث يع
مؤمن ددالم نكرى أخرة (مالكيومالدين ) راج يع ممرنتهكن فد هرى قيمه(فا ءدة) فد
ميتاكن اختلاف انتار اسكل قارى يعتيكا فدمملك مك أبو عمر دان نافعاتفاق كدواث اتس
ممباج ملك د غن تياد ألف دان حفصدغن الف مك اداله معناث تتكال دباجدعن الف توهن يع
ممفيائ سكل فكرجأن هارى قيمة (برمول) جكلو ترسبت فد يع لاكى اكنداتعبجأن دورى
دمكينله مك ياءت باج مريد نافع دان ابو عمر كارن سكال امام قارى يع مشهور ايتتوجه
جوا مك ................. والله أعلم.
سوره الاخلاص مكية وهى أربع
أ يات اين سوره الاخلاص تورنث دمكه اتو مدينة دان ايا ايت أمفت اتو ليم اية مك
ترسبوت دالم البيضاوي حديث بهوسي اي مند غر سؤرغ لاكي لاكيمغاجي ديا مك سبداي وجبت
مك دكت
دكت أورغ أف أروجبت يا رسول الله مك سبداث وجبتلهالجنة ارتيث واجبله بكيث شركا بسم
الله الرحمن الرحيم. (قل هوالله أحد الله الصمد لم يلد ولم يولد ولم يكن له
كفواأحد( كات ألهم يا محمد فكرجأن ايت اي جو توهن يع اس الله تعالى جو يع دمقصود
درفدسكل حاجةتياداى برانق دان تياددفرانقكن دان تياد بكيث سكتو دغن سؤرغ جوفون
(كات) أهل التفسير ترسبت ددالم خزن بهوسث سكل مشرك ايت تله بركات مريكئت بك رسول
الله صلى الله عليه وسلمسبت ألهم بك كام بغس توهنم مك تورن فرمان الله تعالى قل
هوالله أحد كفد أخرث (بيان) اختلافانتار سكل قاري يع تيك قد ممباج كفوا مك نافع
دان أبو عمرممباجديكفؤا دغن همزة دان حفصممباجدى.كفوا دغن واو الله أعلم.
D.
RESPON PEMAKALAH
Tafsir Turjumanul Mustafid adalah mahakarya yang luar biasa,
kitab tafsir ini tergolong kecil tapi rinci menjawab segala kebutuhan pembaca
kitab tafsir, bahkan lebih dari apa yang di inginkan pembaca. Secara umum pembaca
kitab tafsir ingin mendapatkan informasi tentang suatu ayat atau surat lalu
makna ayat secara umum terkhusus kalangan bawah, atau orang yang baru ingin
belajar agama. Dan kitab Turjumanul Mustafid telah mencakup dua hal
pokok tersebut yaitu informasi ayat atau surat yang terdiri dari tempat turun,
golongan surat/ayat, serta sebab turunnya surat/ayat tersebut. Bukan hanya itu,
kitab Turjumanul Mustafid selalu menyertakan keutamaan ayat/surat yang
sedang di bahas guna memotivasi para pembacanya untuk lebih giat dalam
mempelajarinya dan mengamalkannya. Setelah hal-hal tersebut di bahas barulah
syekh mulai menjelaskan makna ayat secara global dengan tambahan perbedaan qira’at
jika pada ayat tersebut terdapat perbedaan qira’at dan apabila ayat/surat yang bahas
berkaitan dengan masalah fiqih maka syekhpun akan menjelaskan masalah-masalah
fiqhiah yang kandung pada ayat/surat tersebut dan begitu juga jika
ayat/suratnya tentang social dan politik maka beliau akan menjelaskan hal
tersebut tanpa ada unsur pengajakan atau kampanye pada sekte tertentu karena
beliau selalu kembali kepada kitab-kitab rujukan beliau.
Kitab Turjumanul
Mustafid adalah kitab tafsir yang menggabungkan beberapa kitab tafsir dalam
satu karya yang gemilang hal ini dapat dilihat dari setiap tafsirnya pasti di
dahului dengan menyebutkan kitab rujukannya beserta nama pengarangnya lalu
dilanjutkan dengan mengutip perkataan ulama rujukan beliau tersebut. Seperti
yang ungkapkan oleh Arivaie Rahman dalam sebuah jurnal yang berisi penelitian kitab Turjumanul
Mustafid bahwa rujukan kitab ini adalah sebagai berikut :
1.
Kitab Tafsir Baidhawi terdapat 6 kali (hal 2, 3, 9, 9, 9 dan 11)
2.
Kitab Manafi’ Al-Qur’an terdapat 2 kali ( hal 2 dan 3 )
3.
Kitab Tafsir Khazin terdapat 21 kali ( hal 3, 4, 8, 9, 10, 11, 13,
17, 20, 23,24, 29, 30, 32, 36, 40, 41, 43, dan 44 )
4.
Tafsir Tsa’labi terdapat 2 kali (14 dan 17 )
5.
Tafsir Jalalain terdapat 1 kali (hal 17)
Dari hasil penelitian beliau ini maka dapat penulis katakan bahwa Turjumanul
Mustafid bukan terjemahan dari kitab Tafsir Baidhawi sebagaimana anggapan
Snouck Hurgonje dan kawan-kawan yang sependapat dengannya. Melainkan buah dari
keilmuan beliau dengan menjadikan kitab-kitab tafsir yang 5 tersebut di atas
sebagai referensi.
BAB III
PENUTUP
A.
KESIMPULAN
Dari pemaparan singkat diatas dapat disimpulkan bahwa :
1.
Nama penulis kitab Turjumanul Mustafid adalah Aminuddin
Abdul Rauf bin Ali Al-Jawi Tsumal Fansuri As-Singkili.
2.
Kitab Turjumanul Mustafid bukan terjemahan dari kitab tafsir
tertentu, melainkan gabungan dari beberapa kitab tafsir yang diuaraikan secara
global.
3.
Rujukan kitab Turjumanul Mustafid adalah tafsir Al-Baidhawi,
Tafsir Jalalain, Tafsir Khazin, Tafsir
Tsa’labi, dan Manafi’ul Qur’an.
4.
Metode penafsiran yang digunakan adalah metode ijmali dan coraknya
tidak di pengaruhi oleh latar belakang penulis atau pun hal lain seperti
politik dan budaya, coraknya sesuai dengan kandungan ayat apabila ayat hokum
maka bercorak fiqih, apabila tentang kepemipinan dan kemasyarakatan maka
bercorak adab ijtima’i dan seterusnya.
DAFTAR PUSTAKA
Hamid,
Shalahuddin, Drs.,MA., Seratus Tokoh Islam yang Paling Berpengaruh Di
Indonesia, Cet I, Jakarta: Intimedia Ciptanusantara, 2003
Suryanegara,
Ahmad Mansur, Api Sejarah 1 Mahakarya Perjuangan Ulama Dan Santri Dalam
Menegakkan Negara Kesatuan Republik Indonesia, Cet IV, Bandung: Surya
Dinasti, 2018
Khaldun,
Ibnu, Muqoddimah Ibnu Khaldun, Cet III, Beirut: Dar Al-Kitab Al-‘’Arabi,
2001
Rahman,
Arivaei, Tafsir Tarjaman Al-Mustafid Karya ‘Abd Al-Rauf Al-Fanshuri:
Diskursus Biografi, Kontestasi Politik-Teologis, dan Metodologi Tafsir, Cet
I, Yogyakarta: Pascasarjana UIN Sunan Kalijaga, 2018
Syahni,
Abid, Mufassir dan Kitab Tafsir Nusantara (Tafsir Tarjaman Al-Mustafid Karya
‘Abd Al-Rauf As-Singkili), Cet I, Yogyakarta: UIN Sunan Kalijaga, 2019
Rukiah,
Penafsiran Surat Yasin Abdurrauf Al-Singkilil (Kajian Atas Kitab Tarjaman
Al-Mustafid), Cet I, Yogyakarta: UIN Sunan Kalijaga, 2015
0 comments:
Post a Comment