PENDAHULUAN
A.
LATAR BELAKANG MASALAH
Ibn Abbas disebut sebagai salah satu pendiri madrasah tafsir di
Mekkah. Kesuksesannya mengelola madrasah tersebut membuahkan hasil yang sangat memuaskan.
Banyak tabiin yang muncul dari hasil didikan Ibn Abbas, selain juga berbagai
produk penafsiran Ibn Abbas juga.
Imam Abu Abdillah Muhammad bin Ismail al Bukhari (w. 256 H) dalam
Shahih Bukhari menulis satu bab yang berjudul “Bab Qaulin Nabi Shallallahu
alaihi wasallam Allahumma Allimhul Kitab.” Dalam bab tersebut dijelaskan hadis
yang diriwayatkan oleh Ibnu Abbas sebagai berikut:
Dari Ibnu Abbas berkata, pada suatu hari Rasulullah SAW. memelukku
lalu berdoa, “Yaa Allah, ajarkanlah dia kitab (Al Qur’an)”
Imam Ibnu Hajar (w. 852 H) dalam fathul baari menjelaskan bahwa
saat itu Ibnu Abbas masih di usia kanak-kanak namun telah tamyiz. Dan berdasar
hadis tersebut Ibnu Hajar berpendapat, bahwasanya boleh memeluk anak kecil atas
dasar kasih sayang.
Adapun sebab Nabi Muhammad SAW mendoakan Abdullah bin Abbas ialah
suatu ketika Nabi Muhammad SAW bermalam di rumah istrinya Ummul Mu’minin
Maimunah dan Ibnu Abbas ikut bermalam di rumah bibinya tersebut. Di antara
alasan mengapa Ibnu Abbas ingin bermalam bersama Nabi Muhammad SAW ialah karena
ia ingin melihat (sekaligus belajar) tata cara shalat langsung dari Nabi SAW.
Ketika Nabi Muhammad SAW masuk ke kamar mandi, Abdullah bin Abbas
menyediakan air wudu untuk Nabi SAW. Maka Nabi SAW. bertanya “Siapa yang telah
menyediakan air ini?” Maimunah pun memberi kabar kepada Rasulullah SAW bahwa
yang menyediakan air itu adalah Abdullah bin Abbas. Lantas Nabi Muhammad SAW
mendoakan Abdullah bin Abbas.
Dalam riwayat lain Nabi Muhammad SAW mendoakan Ibnu Abbas dengan
lafadz “Allahumma ‘allimhu al-hikmah”. Hal ini menunjukkan bahwa Nabi Muhammad
SAW tidak hanya sekali, tetapi beberapa kali mendoakan Ibnu Abbas.
Riwayat lain yang juga masyhur di kalangan masyarakat ialah Nabi
Muhammad SAW mendoakan “Allahumma faqihhu fiddin wa allimhu at-ta’wil” kepada
Ibnu Abbas seraya mengusap kepalanya dengan penuh kasih sayang.
Sebagian ulama berpendapat bahwa yang dimaksud dengan al-kitab
ialah Al-Qur’an dan al-hikmah ialah sunnah nabi. Sebagian lainnya berpendapat
bahwa al-hikmah ialah pemahaman terhadap Al-Qur’an dan sunnah, fasih dalam
berbicara, ma’rifat dan rasa takut kepada Allah SWT kecerdasan akal, dan
petunjuk untuk membedakan antara ilham ilahi dan bisikan setan.
Kecerdasan Abdullah bin Abbas telah diakui para sahabat nabi.
Bahkan Ibnu Abbas yang ketika itu masih remaja kerap kali diajak oleh Umar bin
Khathab untuk menghadiri majelis terdapat sahabat-sahabat besar, bahkan
Abdullah bin Abbas dipersilahkan untuk memberikan pendapatnya dalam majelis
tersebut.
Kecerdasan serta berbagai kesuksesan hidup yang diperoleh Ibnu
Abbas tidak lain karena ketaatannya dan pengabdiannya yang begitu besar kepada
Nabi Muhammad Saw.
Kemampuan menafsirkan Al-Qur’an Ibnu Abbas dan keutamaan-keutamaan
beliau inilah yang kemudian menjadi
latar belakang lahirnya kitab tafsir yang di nisbatkan kepada beliau yaitu AT-TANWIR
ALMIQBAS MIN TAFSIR IBNU ABBAS, dan dalam makalah ini penulis akan membahas
garis-garis besar yang terdapat dalam
kitab tersebut.
B.
RUMUSAN MASALAH
1.
Siapa penuyusan kitab Al-Miqbas ?
2.
Apa yang melatar belakangi penulisan kitab Al-Miqbas ?
3.
Bagaimana metode dan corak penafsiran kitab Al-Miqbas ?
C.
TUJUAN PEMBAHASAN
1.
Mengenal penulis kitab Al-Miqbas
2.
Memahami latar belakang penulisan kitab Al-Miqbas
3. Memahami
metode dan corak penafsiran kitab Al-Miqbas
BAB II
PEMBAHASAN
A.
Biografi Al- Fairuzzabadi
Nama lengkap beliau adalah Abu Thahir Muhammad bin Ya’kub
Al-fairuzzabadi Asy-syafi’I.
Al-fairuzzabadi merupakan penghimpun tafsir al-Qur’an yang
dinisbatkan kepada Ibnu Abbas. Tafsir ini dicetak beberapa kali di Mesir dengan
diberi nama tafsir Tanwirul Miqbas min Tafsiri ibni Abbas, yang jumlahnya satu
jilid besar. Al-Fairuzzabadi juga pengarang kamus yang terkenal dengan nama
kamus al-Muhit (manna’ al-qatthan, mabahits fi ulum al-qur’an). dengan kamus
tersebut, mengangkat namanya sehingga nama al-Fairuzzabadi lebih dikenal di
kalangan umat islam pada masa itu. Nama al-Fairuzzabadi terpampang dalam kasus
al-Muhit yang menjadi kamus yang termasyhur dan terkenal.
Beliau lahir dekat kota shirez, yang berasal dari keturunan
keluarga yang sangat terkenal dan disegani, yaitu as-Syafi’I Abu Ishak
al-Shirazi. Setelah beliau mencapai masa dan zaman yang gemilang di yaman,
beliau dijuluki dengan nama Muhammad al-Siddiki. Ada pendapat yang mengatakan
bahwa beliau adalah keturunan Abu Bakar as-Siddiq (B. Lewis. CCT., Pellat an J.
Schacht). Sebagai seorang yang mempunyai kesibukan dan keaktifan, beliau
sangatlah perlu dan haus akan ilmu pengetahuan yang semakin hari semakin
berkembang. Di dalam perjalanan hidupnya, beliau mempelajari beberapa buku
untuk difahami serta menopang kehidupan yang semakin terus mencapai kemajuan.
Juga membeli buku-buku yang merupakan kewajiban sebagai perlengkapan dalam
beliau bekerja.
Pada bulan Rabi’ul Awal tahun 1796 atau bulan januari 1394, beliau
tiba di Yaman dan tinggal di Ta’izz selama 14 bulan. Al-Fairuzzabadi menempati
kediaman sultan al-Malik al-Ashraf Ismail bin Abbas, dan diangkat sebagau
pemimpin kadi di Yaman, yaitu pada tanggal 6 dzulhijjah 797/22 September 1395,
serta menikah di sana. Pada tahun 802/1400, beliau menunaikan ibadah haji dan
menetap di Makkah. Kemudian mengajar pada sebuah madrasah Maliki yang pada
waktu itu hanya memiliki tiga orang guru. Dan menjalankan perjalanannya menuju
kota Madinah pada tahun 1401, yaitu di tempat meninggal ayah beliau, yang pada
waktu di Madinah menduduki jabatan sebagai juru hukum pada pemerintahan
al-Ashraf.
Pada tahun 794/1394, beliau pergi ke Baghdad atas undangan Sultan
Ahmad bin Umay, kemudian pergi ke Persia, Timur Lang, setelah berada dan
tinggal di kota Shiraz dari tahun 795/1393, dengan kemuliannya dan
keagungannya, beliau mendapatkan suatu kehormatan yang besar, tetapi beliau
sebagai putra negeri, mengadakan invensi ke Mongol, tidak lama beliau datang ke
Hormuz.
B.
Latar Belakang Penulisan Tafsir Yang Disandarkan Pada Ibnu Abbas Ra
Setelah
wafatnya Rasulullah SWA terdapat beberapa masalah yang mana pada saat
Rasulullah SAW masih hidup belum dijelaskan secara terperinci,luas dan
mendetail. Sahabat sebagai generasi setelah Rasulullah SAW secara tidak
langsung di tuntut untuk menghadapi persoalan-persoalan yang muncul pada waktu
itu, di antara para sahabat yang paling menegerti tentabg tafsir Al-Qur’an
adalah Ibnu Abbas Ra. Beliau dijuluki “turujamanul Qur’an”, sehingga yang
menjadi latar belakang munculnya kitab tafsir yang di sandarkan pada Ibn Abbas
Ra adalah :
1.
Ibnu Abbas sebagai pencetus ilmu tafsir berusaha untuk
mengungkapkan makna-makna ayat Al-Qur’an serta menjelaskan rahasia-rahasianya
sesuai dengan kemampuan nalarnya. Karena beliau telah diakui reputasinya pada
masa sahabat dan beliau juga tempat bertanya para sahabat untuk semua masalah
yang berkaitan dengan tafsir Al-Qur’an, dan ayat-ayat yang belum mereka pahami
maknanya. Bahkan Umar Bin Khotob mengakui dan selalu mengandalkan beliau dalam
masalah tafsir.
2.
Para sahabat Nabi SAW adalah orang-orang yang dengan Nabi SAW dan
pernah hidup sejaman dengan beliau SAW maka merekalah yang paling paham
kehidupan beliau SAW. Ibnu Abbas termasuk sahabat yang paling dengan Nabi SAW
dan dia banyak menerima hadits-hadits tentang Al-Qur’an, maka dia termasuk
peringkat ke-4 perawi yang banyak menafsirkan Al-Qur’an.
3.
Dalam usia muda Ibnu Abbas telah memperoleh kedudukan istimewa
dikalangan para sahabat, mengingat ilmu dan ketajaman pemahaman, sebagai
realisasi dari doa Nabi SAW yang berisi permohonan agar dipahamkan ta’wil.
4.
Ibnu Abbas adalah sahabat yang paling banyak diterima tafsirnya dan
keterlibatan beliau dalam tafsir Al-Qur’an sangat mendominasi dan banyaknya
periwayatan yang sandarkan kepadanya yang itu adalah menafsirkan Al-Qur’an
sesuai dengan urutan mushaf.
5.
Mengingat banyaknya murid Ibnu Abbas ra baik dari kalangan sahabat
maupun dari para tabi’in yang meriwayatkan hadits tentang Al-Qur’an dari Ibnu Abbas
Dari
5 poin di atas maka lahirlah kitab Tanwirul Miqbas Li Ibni ‘Abbas.
C. Metode dan Corak Dalam Kitab Tanwirul Miqbas
Tafsir Ibn Abbas
Pengajaran
membaca Al-Quran dan Penafsiran ayat yang disampaikan oleh Rosulullah itu
akhirnya di sebut hadis. Ketika keilmuan dalam islam mulai tumbuh tafsir
Al-Quran adalah salah satu bab dari bab-bab hadis yang dihimpun oleh para
ulama. Ibnu Abbas sebagai murid Rosulullah yang menampilkan metode tafsir baru.
Bapak tafsir ini masih berusia tiga belas tahun ketika Rasulullah Saw dalam usia
yang sangat muda tetapi ia memiliki keistimewaan yang luar biasa seolah-olah
menjadi insan yang disiapkan untuk mewarisi ilmu dari Rasulullah di bidang ini.
Ketika
Rasulullah wafat, para sahabat sibuk dengan bebeparapa masalah besar, yaitu
masalah khilafah, kelanjutan dari pengembangan Islam yang praktis atas dasar
petunjuk teks Al-Quran dan Hadis, atau cara lain seperti musyawarah ketika
mereka tidak menemukan teks-teks itu. Dengan demikian, pada masa itu belum ada
tafsir yang definitif, setelah Ibnu Abbas muncul,tafsir mulai dirintis menjai
suatu ilmu yang memiliki suatu metode yang jelas. Pada mulanya ia banyak
meneliti sebab-sebab turunnya ayat dan kepada siapa itu ditujukan.
Kehebatan
Ibnu Abbas banyak dikagumi oleh ahli-ahli tafsir sesudahnya, sehingga namanya
banyak dicantumkan dalam berbagai Tafsir Al-Quran yang memakai aliran, metode
dan madzhab-madzhab yang berbeda-beda. Dalam banyak kasus penyantuman ini
berarti namanya “dijual” agar suatu gagasan atau ide laku. Dengan demikian
seorang ahli tafsir harus selektif terhadap penafsiran ayat-ayat yang
dinisbatkan pada Ibnu Abbas. Al-Quran mengecam orang-orang yang tidak
memperhatikan kandungannya, dan bahwa sahabat sendiri seringkali tidak
mengetahua berbeda pendapat atau keliru dalam memahami maksud firman-firman
Allah, sehingga di kalangan mereka sejak dini telah timbul
pembatasan-pembatasan dalam penafsiran-penafsiran Al-Quran.
Ibnu
Abbas yang dinilai sebagai salah seorang sahabt Nabi yang paling mengetahui
maksud-maksud firman Allah, menyatakan bahwa tafsir terdri dari empat bagian:
1.
Yang dapat dimengerti secara
umum oleh orang-orang Arab berdasarkan pengetahuan mereka sendiri
2.
Yang tidak ada alasan bagi seorang untuk mengetahuinya
3.
Tidak diketahui kcuali orang oleh ulama
4.
Yang tidak diketahui hanya oleh Allah
Sebagai contoh
keterlibatan Ibnu Abbas dalam penafsiran Al-Quran, seperti cerita ini. Abu
Ubaid berkata: Bercerita Ismal bin Ibrahim dari Ayyub, dari Ibnu Abi Mulaikhah,
ia berkata: “seseorang bertanya kepada Ibnu Abbas tentang suatu hari yang
dihitungnya sama dengan 50.000 tahun. Seseorang itu berkata: “Saya bertanya
agar kamu memberi hadis-hadis untukku! Maka Ibnu Abbas berkata: “ Ia adalah 2
hari yang disebutkan Allah dalam Kitab-Nya, dan Allah lebih tahu tentang kedua
hari itu! Kemudian Ibnu Abbas enggan mengataka sesuatu dari Kitabullah yang
tiada ia ketahui.
Hadis-hadis
menekankan bahwa Ibnu Abbas merupakan pemikir independen, sebagaimana
digambarkan dalam kalimat ini. Jika Ibnu Abbas ditanya dia menjawab dengan apa
yang dikatakan Al-Quran, jika tidak ada jawabannya baik dalam Al-Quran maupun
dalam ucapan Rasulullah tetapi dikatakn oleh Abu Bakar atau Umar. Ibnu Abbas
menjawab dari penutur itu, dia akan berikan pendapatnya sendiri.
Pertanyaan itu
menggambarkan peranan penting yang di mainkan oleh Ibnu Abbas dalam tafsir
Tanwirul Miqbas min Tafsiri Ibn Abbas dlam rangka pembentukan dan pertumbuhan
tradisi tafsir, banyak hal yang diriwayatkan berdasarkan penuturannya, tetapi
tidak dapat langsung dihubungkan dengan dia, bahan-bahan itu mencerminkan
adanya interaksi antara umat Islam dan Umat Kitabi, yaitu orang-orang Yahudi
dan Kristen.
Kendati
demikian beliau memegang peranan yang sangat penting dan mutlak dalam tafsir
yang disandarkan pada periwayatan beliau. Peranan Ibnu Abbas sebagai ahli
tafsir tidak boleh diabaikan. Seluruh isi daripada tafsir Tanwirul Miqbas min
tafsiri Ibnu Abbas periwayatanya disanarkan kepada Ibnu Abbas.
Hadis-hadis
yang driwayatkan oleh beliau dikembangkan oleh para muridnya seperti Ikrimah
Ibnu Abdillah al-Barbar adalah murid Ibnu Abbas dan orang yang tepelajar serta
angta dihormati. Contoh-contoh tersebut menunjukan betapaluas Ilmu dan pemahamn
Ibnu Abbas sejak masa Mudanya, dan Oleh karena itu berada dalam barisan para
pembesar sahabat.
Bahwa metode
yang digunakan oleh Ibnu Abbas adalah pendekatan analisis, ya itu si penafsir
berusaha untuk menerangkan arti ayat-ayat Alquran dari berbagai segi nya
berdasarkan urutan urutan ayat atau surat dalam mushaf, dengan menonjolkan
lafadz-lafadz nya, hubungan surat-suratnya, sebab-sebab turunnya ayat,
hadits-hadits yang berhubungan dengannya, pendapat-pendapat para mufassir
terdahulu dan mufassir itu sendiri yang tentunya diwarnai oleh latar pendidikan
dan keahliannya, metode tahlili digunakan untuk menafsirkan ayat-ayat al-quran
dengan secara urut dan tertib sesuai dengan terdapatnya ayat-ayat atau
surat-surat dalam mushaf dari awal surat al-fatihah sampai akhir surat an-nas.
Tafsir Ibnu
Abbas ini memiliki corak tafsir yaitu tafsir Bil ma'tsur atau bin manqul suatu
penafsiran ayat Alquran berdasarkan kepada as-sunnah atau menafsirkan
berdasarkan riwayat para sahabat dan tabiin. Dengan memiliki corak Bil ma'tsur
tersebut Ibnu Abbas mempunyai tujuan yakni untuk mencari legitimasi ilmiah dari
Alquran dan untuk menggali dasar-dasar atau aspek keilmuan dalam Alquran titik
kebenaran ilmiah dapat diperoleh melalui penelitian dan eksperimen terhadap
ayat-ayat maupun fenomena alam semesta.
KESIMPULAN
1.
Kitab Al-Miqbas adalah kumpulan riwayat tafsir ibnu ibbas yang di susun
secara berurutan dari Al-fatihah sampai An-Nas
2.
Banyak riwayat-riwayat tafsir yang di sandarkan kepada beliau serta
banyaknya keutamaan beliau yang menjadi latar belakang penulisan kitab ini.
Tafsir
ini adalah tafsir bil ma’sur
0 comments:
Post a Comment