Monday, March 16, 2020

TAFSIR AL-BIQBAS





BAB I
PENDAHULUAN
  A.    LATAR BELAKANG MASALAH
Ibn Abbas disebut sebagai salah satu pendiri madrasah tafsir di Mekkah. Kesuksesannya mengelola madrasah tersebut membuahkan hasil yang sangat memuaskan. Banyak tabiin yang muncul dari hasil didikan Ibn Abbas, selain juga berbagai produk penafsiran Ibn Abbas juga.
Imam Abu Abdillah Muhammad bin Ismail al Bukhari (w. 256 H) dalam Shahih Bukhari menulis satu bab yang berjudul “Bab Qaulin Nabi Shallallahu alaihi wasallam Allahumma Allimhul Kitab.” Dalam bab tersebut dijelaskan hadis yang diriwayatkan oleh Ibnu Abbas sebagai berikut:
Dari Ibnu Abbas berkata, pada suatu hari Rasulullah SAW. memelukku lalu berdoa, “Yaa Allah, ajarkanlah dia kitab (Al Qur’an)”
Imam Ibnu Hajar (w. 852 H) dalam fathul baari menjelaskan bahwa saat itu Ibnu Abbas masih di usia kanak-kanak namun telah tamyiz. Dan berdasar hadis tersebut Ibnu Hajar berpendapat, bahwasanya boleh memeluk anak kecil atas dasar kasih sayang.
Adapun sebab Nabi Muhammad SAW mendoakan Abdullah bin Abbas ialah suatu ketika Nabi Muhammad SAW bermalam di rumah istrinya Ummul Mu’minin Maimunah dan Ibnu Abbas ikut bermalam di rumah bibinya tersebut. Di antara alasan mengapa Ibnu Abbas ingin bermalam bersama Nabi Muhammad SAW ialah karena ia ingin melihat (sekaligus belajar) tata cara shalat langsung dari Nabi SAW.
Ketika Nabi Muhammad SAW masuk ke kamar mandi, Abdullah bin Abbas menyediakan air wudu untuk Nabi SAW. Maka Nabi SAW. bertanya “Siapa yang telah menyediakan air ini?” Maimunah pun memberi kabar kepada Rasulullah SAW bahwa yang menyediakan air itu adalah Abdullah bin Abbas. Lantas Nabi Muhammad SAW mendoakan Abdullah bin Abbas.
Dalam riwayat lain Nabi Muhammad SAW mendoakan Ibnu Abbas dengan lafadz “Allahumma ‘allimhu al-hikmah”. Hal ini menunjukkan bahwa Nabi Muhammad SAW tidak hanya sekali, tetapi beberapa kali mendoakan Ibnu Abbas.
Riwayat lain yang juga masyhur di kalangan masyarakat ialah Nabi Muhammad SAW mendoakan “Allahumma faqihhu fiddin wa allimhu at-ta’wil” kepada Ibnu Abbas seraya mengusap kepalanya dengan penuh kasih sayang.
Sebagian ulama berpendapat bahwa yang dimaksud dengan al-kitab ialah Al-Qur’an dan al-hikmah ialah sunnah nabi. Sebagian lainnya berpendapat bahwa al-hikmah ialah pemahaman terhadap Al-Qur’an dan sunnah, fasih dalam berbicara, ma’rifat dan rasa takut kepada Allah SWT kecerdasan akal, dan petunjuk untuk membedakan antara ilham ilahi dan bisikan setan.
Kecerdasan Abdullah bin Abbas telah diakui para sahabat nabi. Bahkan Ibnu Abbas yang ketika itu masih remaja kerap kali diajak oleh Umar bin Khathab untuk menghadiri majelis terdapat sahabat-sahabat besar, bahkan Abdullah bin Abbas dipersilahkan untuk memberikan pendapatnya dalam majelis tersebut.
Kecerdasan serta berbagai kesuksesan hidup yang diperoleh Ibnu Abbas tidak lain karena ketaatannya dan pengabdiannya yang begitu besar kepada Nabi Muhammad Saw.
Kemampuan menafsirkan Al-Qur’an Ibnu Abbas dan keutamaan-keutamaan beliau inilah  yang kemudian menjadi latar belakang lahirnya kitab tafsir yang di nisbatkan kepada beliau yaitu AT-TANWIR ALMIQBAS MIN TAFSIR IBNU ABBAS, dan dalam makalah ini penulis akan membahas garis-garis besar  yang terdapat dalam kitab tersebut.
  B.     RUMUSAN MASALAH
1.      Siapa penuyusan kitab Al-Miqbas ?
2.      Apa yang melatar belakangi penulisan kitab Al-Miqbas ?
3.      Bagaimana metode dan corak penafsiran kitab Al-Miqbas ?

   C.     TUJUAN PEMBAHASAN
1.      Mengenal penulis kitab Al-Miqbas
2.      Memahami latar belakang penulisan kitab Al-Miqbas
3.   Memahami metode dan corak penafsiran kitab Al-Miqbas


BAB II
PEMBAHASAN

A.      Biografi Al- Fairuzzabadi
Nama lengkap beliau adalah Abu Thahir Muhammad bin Ya’kub Al-fairuzzabadi Asy-syafi’I.
Al-fairuzzabadi merupakan penghimpun tafsir al-Qur’an yang dinisbatkan kepada Ibnu Abbas. Tafsir ini dicetak beberapa kali di Mesir dengan diberi nama tafsir Tanwirul Miqbas min Tafsiri ibni Abbas, yang jumlahnya satu jilid besar. Al-Fairuzzabadi juga pengarang kamus yang terkenal dengan nama kamus al-Muhit (manna’ al-qatthan, mabahits fi ulum al-qur’an). dengan kamus tersebut, mengangkat namanya sehingga nama al-Fairuzzabadi lebih dikenal di kalangan umat islam pada masa itu. Nama al-Fairuzzabadi terpampang dalam kasus al-Muhit yang menjadi kamus yang termasyhur dan terkenal.
Beliau lahir dekat kota shirez, yang berasal dari keturunan keluarga yang sangat terkenal dan disegani, yaitu as-Syafi’I Abu Ishak al-Shirazi. Setelah beliau mencapai masa dan zaman yang gemilang di yaman, beliau dijuluki dengan nama Muhammad al-Siddiki. Ada pendapat yang mengatakan bahwa beliau adalah keturunan Abu Bakar as-Siddiq (B. Lewis. CCT., Pellat an J. Schacht). Sebagai seorang yang mempunyai kesibukan dan keaktifan, beliau sangatlah perlu dan haus akan ilmu pengetahuan yang semakin hari semakin berkembang. Di dalam perjalanan hidupnya, beliau mempelajari beberapa buku untuk difahami serta menopang kehidupan yang semakin terus mencapai kemajuan. Juga membeli buku-buku yang merupakan kewajiban sebagai perlengkapan dalam beliau bekerja.
Pada bulan Rabi’ul Awal tahun 1796 atau bulan januari 1394, beliau tiba di Yaman dan tinggal di Ta’izz selama 14 bulan. Al-Fairuzzabadi menempati kediaman sultan al-Malik al-Ashraf Ismail bin Abbas, dan diangkat sebagau pemimpin kadi di Yaman, yaitu pada tanggal 6 dzulhijjah 797/22 September 1395, serta menikah di sana. Pada tahun 802/1400, beliau menunaikan ibadah haji dan menetap di Makkah. Kemudian mengajar pada sebuah madrasah Maliki yang pada waktu itu hanya memiliki tiga orang guru. Dan menjalankan perjalanannya menuju kota Madinah pada tahun 1401, yaitu di tempat meninggal ayah beliau, yang pada waktu di Madinah menduduki jabatan sebagai juru hukum pada pemerintahan al-Ashraf.
Pada tahun 794/1394, beliau pergi ke Baghdad atas undangan Sultan Ahmad bin Umay, kemudian pergi ke Persia, Timur Lang, setelah berada dan tinggal di kota Shiraz dari tahun 795/1393, dengan kemuliannya dan keagungannya, beliau mendapatkan suatu kehormatan yang besar, tetapi beliau sebagai putra negeri, mengadakan invensi ke Mongol, tidak lama beliau datang ke Hormuz.

B.       Latar Belakang Penulisan Tafsir Yang Disandarkan Pada Ibnu Abbas Ra
Setelah wafatnya Rasulullah SWA terdapat beberapa masalah yang mana pada saat Rasulullah SAW masih hidup belum dijelaskan secara terperinci,luas dan mendetail. Sahabat sebagai generasi setelah Rasulullah SAW secara tidak langsung di tuntut untuk menghadapi persoalan-persoalan yang muncul pada waktu itu, di antara para sahabat yang paling menegerti tentabg tafsir Al-Qur’an adalah Ibnu Abbas Ra. Beliau dijuluki “turujamanul Qur’an”, sehingga yang menjadi latar belakang munculnya kitab tafsir yang di sandarkan pada Ibn Abbas Ra adalah :
1.      Ibnu Abbas sebagai pencetus ilmu tafsir berusaha untuk mengungkapkan makna-makna ayat Al-Qur’an serta menjelaskan rahasia-rahasianya sesuai dengan kemampuan nalarnya. Karena beliau telah diakui reputasinya pada masa sahabat dan beliau juga tempat bertanya para sahabat untuk semua masalah yang berkaitan dengan tafsir Al-Qur’an, dan ayat-ayat yang belum mereka pahami maknanya. Bahkan Umar Bin Khotob mengakui dan selalu mengandalkan beliau dalam masalah tafsir.
2.      Para sahabat Nabi SAW adalah orang-orang yang dengan Nabi SAW dan pernah hidup sejaman dengan beliau SAW maka merekalah yang paling paham kehidupan beliau SAW. Ibnu Abbas termasuk sahabat yang paling dengan Nabi SAW dan dia banyak menerima hadits-hadits tentang Al-Qur’an, maka dia termasuk peringkat ke-4 perawi yang banyak menafsirkan Al-Qur’an.
3.      Dalam usia muda Ibnu Abbas telah memperoleh kedudukan istimewa dikalangan para sahabat, mengingat ilmu dan ketajaman pemahaman, sebagai realisasi dari doa Nabi SAW yang berisi permohonan agar dipahamkan ta’wil.
4.      Ibnu Abbas adalah sahabat yang paling banyak diterima tafsirnya dan keterlibatan beliau dalam tafsir Al-Qur’an sangat mendominasi dan banyaknya periwayatan yang sandarkan kepadanya yang itu adalah menafsirkan Al-Qur’an sesuai dengan urutan mushaf.
5.      Mengingat banyaknya murid Ibnu Abbas ra baik dari kalangan sahabat maupun dari para tabi’in yang meriwayatkan hadits tentang  Al-Qur’an dari Ibnu Abbas
Dari 5 poin di atas maka lahirlah kitab Tanwirul Miqbas Li Ibni ‘Abbas.

C.  Metode dan Corak Dalam Kitab Tanwirul Miqbas Tafsir Ibn Abbas
       Pengajaran membaca Al-Quran dan Penafsiran ayat yang disampaikan oleh Rosulullah itu akhirnya di sebut hadis. Ketika keilmuan dalam islam mulai tumbuh tafsir Al-Quran adalah salah satu bab dari bab-bab hadis yang dihimpun oleh para ulama. Ibnu Abbas sebagai murid Rosulullah yang menampilkan metode tafsir baru. Bapak tafsir ini masih berusia tiga belas tahun ketika Rasulullah Saw dalam usia yang sangat muda tetapi ia memiliki keistimewaan yang luar biasa seolah-olah menjadi insan yang disiapkan untuk mewarisi ilmu dari Rasulullah di bidang ini.
       Ketika Rasulullah wafat, para sahabat sibuk dengan bebeparapa masalah besar, yaitu masalah khilafah, kelanjutan dari pengembangan Islam yang praktis atas dasar petunjuk teks Al-Quran dan Hadis, atau cara lain seperti musyawarah ketika mereka tidak menemukan teks-teks itu. Dengan demikian, pada masa itu belum ada tafsir yang definitif, setelah Ibnu Abbas muncul,tafsir mulai dirintis menjai suatu ilmu yang memiliki suatu metode yang jelas. Pada mulanya ia banyak meneliti sebab-sebab turunnya ayat dan kepada siapa itu ditujukan.
       Kehebatan Ibnu Abbas banyak dikagumi oleh ahli-ahli tafsir sesudahnya, sehingga namanya banyak dicantumkan dalam berbagai Tafsir Al-Quran yang memakai aliran, metode dan madzhab-madzhab yang berbeda-beda. Dalam banyak kasus penyantuman ini berarti namanya “dijual” agar suatu gagasan atau ide laku. Dengan demikian seorang ahli tafsir harus selektif terhadap penafsiran ayat-ayat yang dinisbatkan pada Ibnu Abbas. Al-Quran mengecam orang-orang yang tidak memperhatikan kandungannya, dan bahwa sahabat sendiri seringkali tidak mengetahua berbeda pendapat atau keliru dalam memahami maksud firman-firman Allah, sehingga di kalangan mereka sejak dini telah timbul pembatasan-pembatasan dalam penafsiran-penafsiran Al-Quran.
       Ibnu Abbas yang dinilai sebagai salah seorang sahabt Nabi yang paling mengetahui maksud-maksud firman Allah, menyatakan bahwa tafsir terdri dari empat bagian:
1.       Yang dapat dimengerti secara umum oleh orang-orang Arab berdasarkan pengetahuan mereka sendiri
2.      Yang tidak ada alasan bagi seorang untuk mengetahuinya
3.      Tidak diketahui kcuali orang oleh ulama
4.      Yang tidak diketahui hanya oleh Allah
Sebagai contoh keterlibatan Ibnu Abbas dalam penafsiran Al-Quran, seperti cerita ini. Abu Ubaid berkata: Bercerita Ismal bin Ibrahim dari Ayyub, dari Ibnu Abi Mulaikhah, ia berkata: “seseorang bertanya kepada Ibnu Abbas tentang suatu hari yang dihitungnya sama dengan 50.000 tahun. Seseorang itu berkata: “Saya bertanya agar kamu memberi hadis-hadis untukku! Maka Ibnu Abbas berkata: “ Ia adalah 2 hari yang disebutkan Allah dalam Kitab-Nya, dan Allah lebih tahu tentang kedua hari itu! Kemudian Ibnu Abbas enggan mengataka sesuatu dari Kitabullah yang tiada ia ketahui.
Hadis-hadis menekankan bahwa Ibnu Abbas merupakan pemikir independen, sebagaimana digambarkan dalam kalimat ini. Jika Ibnu Abbas ditanya dia menjawab dengan apa yang dikatakan Al-Quran, jika tidak ada jawabannya baik dalam Al-Quran maupun dalam ucapan Rasulullah tetapi dikatakn oleh Abu Bakar atau Umar. Ibnu Abbas menjawab dari penutur itu, dia akan berikan pendapatnya sendiri.
Pertanyaan itu menggambarkan peranan penting yang di mainkan oleh Ibnu Abbas dalam tafsir Tanwirul Miqbas min Tafsiri Ibn Abbas dlam rangka pembentukan dan pertumbuhan tradisi tafsir, banyak hal yang diriwayatkan berdasarkan penuturannya, tetapi tidak dapat langsung dihubungkan dengan dia, bahan-bahan itu mencerminkan adanya interaksi antara umat Islam dan Umat Kitabi, yaitu orang-orang Yahudi dan Kristen.
Kendati demikian beliau memegang peranan yang sangat penting dan mutlak dalam tafsir yang disandarkan pada periwayatan beliau. Peranan Ibnu Abbas sebagai ahli tafsir tidak boleh diabaikan. Seluruh isi daripada tafsir Tanwirul Miqbas min tafsiri Ibnu Abbas periwayatanya disanarkan kepada Ibnu Abbas.
Hadis-hadis yang driwayatkan oleh beliau dikembangkan oleh para muridnya seperti Ikrimah Ibnu Abdillah al-Barbar adalah murid Ibnu Abbas dan orang yang tepelajar serta angta dihormati. Contoh-contoh tersebut menunjukan betapaluas Ilmu dan pemahamn Ibnu Abbas sejak masa Mudanya, dan Oleh karena itu berada dalam barisan para pembesar sahabat.
Bahwa metode yang digunakan oleh Ibnu Abbas adalah pendekatan analisis, ya itu si penafsir berusaha untuk menerangkan arti ayat-ayat Alquran dari berbagai segi nya berdasarkan urutan urutan ayat atau surat dalam mushaf, dengan menonjolkan lafadz-lafadz nya, hubungan surat-suratnya, sebab-sebab turunnya ayat, hadits-hadits yang berhubungan dengannya, pendapat-pendapat para mufassir terdahulu dan mufassir itu sendiri yang tentunya diwarnai oleh latar pendidikan dan keahliannya, metode tahlili digunakan untuk menafsirkan ayat-ayat al-quran dengan secara urut dan tertib sesuai dengan terdapatnya ayat-ayat atau surat-surat dalam mushaf dari awal surat al-fatihah sampai akhir surat an-nas.
Tafsir Ibnu Abbas ini memiliki corak tafsir yaitu tafsir Bil ma'tsur atau bin manqul suatu penafsiran ayat Alquran berdasarkan kepada as-sunnah atau menafsirkan berdasarkan riwayat para sahabat dan tabiin. Dengan memiliki corak Bil ma'tsur tersebut Ibnu Abbas mempunyai tujuan yakni untuk mencari legitimasi ilmiah dari Alquran dan untuk menggali dasar-dasar atau aspek keilmuan dalam Alquran titik kebenaran ilmiah dapat diperoleh melalui penelitian dan eksperimen terhadap ayat-ayat maupun fenomena alam semesta.





KESIMPULAN

1.      Kitab Al-Miqbas adalah kumpulan riwayat tafsir ibnu ibbas yang di susun secara berurutan dari Al-fatihah sampai An-Nas
2.      Banyak riwayat-riwayat tafsir yang di sandarkan kepada beliau serta banyaknya keutamaan beliau yang menjadi latar belakang penulisan kitab ini.
Tafsir ini adalah tafsir bil ma’sur
Share:

0 comments:

Post a Comment

Contact Us

Name

Email *

Message *

Powered By Blogger

instagram

instagram
isal_alhasbyi

Definition List

Unordered List

Support