BAB I
PENDAHULUAN
1.
Latar Belakang Masalah
Uslub secara bahasa berarti jalan bahkan orang
arab sering mengatakan bahwa barisan kurma adalah uslub, jalan yang panjang pun
kadang di sebut sebagai uslub. Maka bisa dikatakan bahwa uslub adalah jalan,
barisan, cara, metode bahkan madzhab. Seperti ungkapan yang sering kita dapati
pada kitab-kitab fiqih dan ushul fiqih “Hum sawa’ fil uslub” atau “Nahnu
‘ala uslubin sawa’ “ .
Dalam ilmu balagah, jumhur atau mayoritas ulama mengartikan uslub dengan
sebuah metode dalam memilih redaksi dan menyusunnya, untuk mengungkapkan
sejumlah makna agar sesuai dengan tujuan dan pengaruh yang jelas. Sebagian ahli
balagah mengatakan bahwa uslub adalah berbagai ungkapan redaksi yang selaras
untuk menimbulkan beragam makna yang dikehendaki.
Uslub al-Qur’an artinya metode yang digunakan al-Qur’an dalam memilih mufrodat
atau kosa kata dan gaya kaliamatnya. Sebagaiman yang disebutkan oleh Ali
Al-Jarim dan juga musthofa usman bahwa uslub adalah makna yang terkandung pada
kata-kata dan terangkai sedemikian rupa sehingga lebih cepat mencapai sasaran
kalimat yang dikehendaki dan lebih menyentuh jiwa para pendengarnya. Maka bisa
dikatakan bahwa uslub al-Qur’an adalah gaya bahasa al-Qur’an yang tidak ada
duanya dalam menyusun redaksi penuturnya dan memilih redaksi. Oleh karena itu jumhur
ulama mengatakan bahwa al-Qur’an memiliki uslub yang berbeda dengan uslub-uslub
arab lainnya, mulai dari segi penulisannya, retorikanya, hingga susunan
kalimatnya.
Setelah kita paham apa yang makasud dengan uslub, maka kita akan sadar
bahwa al-qur’an memiliki gaya tersendiri dalam menyampaikan sesuatu dan itulah
mukjizat al-qur’an. Dan kita pun akan menyadari betapaa pentingnya memahami
uslub demi memahami isi kandungan ayat tersebut. Karena al-Qur’an adalah
petunjuk , lantas bagaimana kita bisa memahami petunjuk tersebut apabila kita
tidak memahami arti yang terkandung
dalam al-Qur’an? . Olehnya pada tulisan kali ini penulis akan membahas salah
satu uslub yang terdapat dalam al-Qur’an yaitu uslub lugowi atau adabi yang
artinya Bahasa dengan berfokus pada kalimat
“س – ب - ح “ .
2. Rumusan Masalah
a.
Apa manka kata “س – ب - ح “ ?
b.
Bagaimana korelasi kata “س – ب - ح “ dengan
nama surat dalam al-Qur’an ?
c.
Bagaimana bentuk-bentuk “س – ب - ح “
dalam al-Qur’an ?
3. Tujuan
a.
Untuk memahami makna “س – ب - ح “
b.
Untuk mengetahui korelasi kata “س – ب - ح “ dengan
nama surat dalam al-Qur’an
c.
Untuk mengetahui bentuk-bentuk “س – ب - ح “ dalam Al-Qur’an
Bab II
Pembahasan
1. Makna kata “س – ب - ح “ (sabaha)
Makna dasar dari kata “س – ب - ح “ adalah pujian,
sanjungan, puji-pujian, berenang, berendam, selesai, perjalanan, tidur,
berjalan jauh, banyak, menggali, dan masih banyak lagi. Kata dasar ini sebagai kata kerja berkaitan dengan
makna berenang, merenangi, memuji, menyanjung, mendewakan, memuja,
memuji-muji, memperdewa, memperdewakan, memuja-muja, mendewa-dewakan,
memuliakan, mengagungkan, bermadah, menyanjungkan, mengangkat-angkat, pening,
membertahu rosario seseorang.
Dari kata dasar inilah akan lahir banyak kata baru dengan makna yang pastinya tidak
akan jauh dari kata dasar tersebut. Seperti kata sabbaha (سَبَّحَ) dengan tasydid pada huruf ba dengan semua harakatnya terbuka atau fatha
maka artinya adalah memuji, menjanjung, atau bertasbih. Dan kalimat tasbih pun kembali lagi ke kata dasar
yaitu “س – ب - ح “ hanya mengalami sedikit perubahan harakat dan
ditambahkan objek menjadi “subbhanallah” artinya adalah maha suci Allah.
2. Korelasi kata “س – ب - ح “ dengan nama dalam al-Qur’an
Pada saat kita membaca al-Qur’an kita akan
menemukan beberapa surat yang di di buka dengan kata sa-ba-ha namun ada
sedikit perbedaan antara surat yang satu dengan surat yang lain. Kadang kita akan menemukannya dengan kata sa-ba-ha
pada awalan satu surat dan kadang pula kita
akan menemukannya dengan kata yu-sab-bihu dalam surat lain.
Maka bagaimana cara kita membedakan mana surat yang diawali dengan kata
sa-ba-ha dan surat yang diawali dengan yu-sab-bihu ?
Dalam tulisan ini penulis ingin memberikan
sedikit rumus yang berkaitan dengan korelasi kata sa-ba-ha dengan nama surat.
Secara umum seorang hafidz asal indonesia yang melanjutkan studi di Universitas
Islam Madina fakultas Qur’an (Syauqi Ahmad Labib ) membagi kepada 2 kaidah
yaitu :
1. Apabila huruf
pertama dari nama surat yang sedang kita baca tidak ada titiknya, maka diawali
dengan kalimat (سبح), karena sama-sama tidak ada titik di huruf pertamanya
Contoh :
a. (الحديد)
Surat Al Hadid, huruf pertamanya adalah huruf (ح),
maka ayat pertama dari Surat ini diawali dengan kalimat (سبح)
b. (الحشر)
Surat Al Hasyr, huruf pertamanya adalah huruf (ح),
maka ayat pertama dari Surat ini diawali dengan kalimat (سبح)
2. Apabila huruf
pertama dari nama surat yang sedang kita baca tidak ada titiknya, maka diawali
dengan kalimat (سبح), karena sama-sama tidak ada titik di huruf pertamanya
Contoh :
a. (الحديد)
Surat Al Hadid, huruf pertamanya adalah huruf (ح),
maka ayat pertama dari Surat ini diawali dengan kalimat (سبح)
b. (الحشر)
Surat Al Hasyr, huruf pertamanya adalah huruf (ح),
maka ayat pertama dari Surat ini diawali dengan kalimat (سبح).
KATA “س – ب - ح “ DI AWAL SURAT
No
|
Nama
surat dan ayat
|
Lafadz
|
1
|
Al-Ḥadid (57) : 1
Al-Ḥasyr (59) : 1
Al-Ṣaff (61) : 1
|
سَبَّحَ
|
2
|
Al-Jumu‘ah (62) : 1
Al-Taghābun (64) : 1
|
يُسَبِّح
|
3
|
Al-Isrā’ (17) : 1
|
سُبْحَانَ
|
4
|
Al-A’lā (87) : 1
|
سَبِّحْ
|
3. Bentuk kata “س – ب - ح “ dalam Al-Qur’an
Apabila kita memasukan kata “س – ب - ح “
sebagai kata kunci pada aplikasi kamus al-Qur’an atau bila kita mencari
kata tersebut dalam buku-buku kamus al-qur’an maka kita akan menemukan bahwa
kata tersebut terulang sebanyak 92 kali yang terdiri dari isim (kata benda)
sebanyak 48 kali dan kata kerja sebanyak 44 kali. Hal ini di perkuat dengan
sebuah jurnal yang meneliti tentang kamus al-Qur’an yang berjudul Al-Mu’jam Al-Mufahras Li al-Faz al-Qur‘an karya
Muhammad Fuad ‘Abd al-Baqi, Dan peneliti pendapati ada 92 lafdz tasbih
yang terletak diawal, tengah dan akhir ayat. setiap makna akan berubah sesuai dengan bentuk huruf, harakat, dan susunan
kalimat. Diantaranya adalah kata يُسَبِّحُونَ yang terulang 4 kali di 4 surat yang berbeda
yaitu pada surat al-Anbiya ayat 20, Az-Zumar ayat 75, Fushilat ayat 38, dan
Asy-Syuro ayat 5. Arinya adalah bertasbih tapi menggunakan bentuk jamak
sehingga artinya jadi mereka bertasbih.
Kata “س – ب - ح “
apabila berbentuk fi’il atau kata kerja maka bermakna tasbih atau
sholawat memuji dan juga mengagungkan kepada Allah dengan lafadz yang telah
berubah menjadi isim (kata benda) “Subhanallah” . dan kalimat tasbih
sendiri dalam al-Qur’an setidaknya memiliki tiga makna yang berbeda, makna
selalu di sesuaikan dengan konteks kalimat atau bentuk perubahan kata dasar
sa-ba-ha. Diantaranya Kata تَسْبِيْحًا bermakna صَلَّى yaitu bersalawat kepada Allah. وَ سُبْحَانَ للهِ yaitu نزَّهَه تَعَالَى وَ مَجِّدُه
yakni mensucikan Allah dan memuliakan-Nya, lalu Apabila kata tasbih menjadi
kata السُبْحَة
maka bermakna do’a dan salat Nafilah (salat yang dilakukan di malam hari dengan
jumlah sebelas rakaat). Dan Ketika kata tasbih menjadi kata سُبْحَانَ للهِ bermakna takjub dan menjauhkan
Allah dari segala keburukan.
Seperti kata
سُبْحَانَ dalam surat al-Baqoroh ayat 116 dan surat
al-Isra ayat 1 keduanya menggunakan susunan huruf yang sama dan artinya pun
sama namun makna tersiratnya berubah mengikuti susunan kalimat yang ada.
وَقَالُوا اتَّخَذَ اللَّهُ وَلَدًا ۗ سُبْحَانَهُ ۖ بَلْ
لَهُ مَا فِي السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضِ ۖ كُلٌّ لَهُ قَانِتُونَ
Mereka (orang-orang kafir) berkata:
"Allah mempunyai anak". Maha Suci Allah, bahkan apa yang ada di
langit dan di bumi adalah kepunyaan Allah; semua tunduk kepada-Nya. (Al Baqarah 2:116). Pada ayat ini kata سُبْحَانَه atau mensucikan Allah dari
ucapan Yahudi, Nasrani, dan kaum musyrik. Mereka mengatakan Allah memiliki
seorang anak, namun dengan kata Maha Suci Allah membantah segala perkataan
mereka. Artinya Allah itu maha suci maka mustahil yang maha suci melahirkan dan
dilahirkan. Dengan kata lain kata سُبْحَانَه
adalah penafian terhadap apa yang mereka katakan. Sedangkan pada surat al-Isra
ayat 1 :
سُبْحَانَ
الَّذِي أَسْرَىٰ بِعَبْدِهِ لَيْلًا مِنَ الْمَسْجِدِ الْحَرَامِ إِلَى
الْمَسْجِدِ الْأَقْصَى الَّذِي بَارَكْنَا حَوْلَهُ لِنُرِيَهُ مِنْ آيَاتِنَا ۚ
إِنَّهُ هُوَ السَّمِيعُ الْبَصِيرُ
Maha Suci Allah, yang telah memperjalankan
hamba-Nya pada suatu malam dari Al Masjidil Haram ke Al Masjidil Aqsha yang
telah Kami berkahi sekelilingnya agar Kami perlihatkan kepadanya sebagian dari
tanda-tanda (kebesaran) Kami. Sesungguhnya Dia adalah Maha Mendengar lagi Maha
Mengetahui. (Al Israa' 17:1) . Sedangkan Kata سُبْحَانَ pada ayat di atas ialah Maha Suci Allah dengan sempurna yang
telah mengisrakan atau memperjalankan nabi Muhammad Saw pada satu malam. Maka makna sebenarnya ialah takjub atau menyatakan hal luar biasa yang
tidak dapat dibayangkan oleh manusia, dan yang paling menakjubkan lagi adalah
perjalanan nabi yang sangat singkat dengan jarak yang sangat jauh.
Bab III
Penutupan
1. Kesimpulan
Dari penjelasan diatas dapat
penulis simpulkan sebagai berikut :
1. Uslub
bahasa adalah cara atau metode yang digunakan untuk menyampaikan sesuatu dan
uslub Al-Qur’an artinya metode yang
digunakan al-Qur’an dalam memilih mufrodat atau kosa kata dan gaya
kaliamatnya.
2. Al-Qur’an
memiliki uslub yang khusus dan tidak dimiliki oleh bahasa manapun di dunia ini
termasuk bahasa arab.
3. Kata
س-ب-ح terulang sebanyak 92 kali dalam al-Qur’an
4. Kata
س-ب-ح secara umum memiliki 2 makna yaitu pujian
kepada Allah Subhanahu Wata’ala dan juga bermakna pengingkaran atas apa yang
tidak sesuai dengan keagungan Allah Subhanahu Wata’ala.
DAFTAR PUSTAKA
Al-Qur’an
Munawwir, Amhamd
Warson, Kamus Al-Munawwir, Surabaya : Pustaka Progressif, 1984
‘Abd Al-Bāqῑ, Muhammad Fuad, Al-Mu‘jam al-Mufahras li al-Fᾱẓi
Al-quran, Kairo: Dar al-Kutub Misriyyah, t.t.
Ma’luf, Lois, Al-Munjid fii al-Lughah, Beirut:Darr al-Masyqiq,1992
Ali, Muhammad, Turath
al-Syii’ati al-Qur’anī, Riyad: Maktabah al-Tafsir wa Ulum al-
Quran, tt
Salsabila, Syarifa, Penyebutan
Kata Tasbih di Awal-Awal Surat Al-Qur’an, Banda Aceh : UIN Ar-Raniry, 2018
0 comments:
Post a Comment